Kamis, 06 April 2017

Banten sebagai simbul Upacara dalam Agama Hindu

BANTEN SEBAGAI SIMBUL
DALAM AGAMA HINDU



Agama Hindu sangat kaya dengan berbagai simbol, penampilannya sangat indah dan menarik hati setiap orang untuk melihatnya. Bagi umat Hindu simbol-simbol tersebut menggetarkan kalbu dan berusaha untuk memahami makna yang terkandung di balik simbol-simbol tersebut, setiap aktivitas keagamaan tidak terlepas dari simbol-simbol. Simbol-simbol tersebut merupakan media bagi umat Hindu untuk mendekatkan diri dengan Sang Pencipta, mengadakan dialog dengan Yang Maha Kuasa dan memohon perlindungan dan wara nugraha-Nya.

Salah satu simbol dalam agama Hindu adalah menggunakan Banten dalam berbagai ritual upacara. Banten dalam agama Hindu adalah bahasa agama. Ajaran suci Veda sabda Tuhan Yang Maha Esa disampaikan kepada umat dengan berbagai bahasa. Bahasa Veda itu disampaikan juga dalam bahasa Mona. Mona artinya diam namun banyak menyampaikan informasi tentang kebenaran Veda, bahasa Mona itu adalah Banten. Banten dalam Lontar Yajnā Prakṛti memiliki tiga arti sebagai simbol ritual yang sakral. Dalam lontar tersebut banten disebutkan:

Sahananing Bebanten Pinaka Raganta Tuwi, Pinaka Warna Rūpaning Ida Baṭṭāra, Pinaka Aṇḍa Bhuvāna.

Dalam lontar ini ada tiga hal yang dibahasakan dalam wujud lambang oleh Banten yaitu Pinaka Raganta Tuwi artinya lambang dirimu atau lambang diri kita, Pinaka Warna Rūpaning Ida Baṭṭāra artinya lambang kemahakuasaan Tuhan dan Pinaka Aṇḍa Bhuvāna artinya lambang alam semesta (Bhuvāna Agung).

Yang pertama banten lambang diri kita. Banten ini banyak jenisnya misalnya Banten Tataban Alit yaitu Banten Peras, Penyeneng, Tulung dan Sesayut. Banten ini mengandung beberapa konseo hidup yang bersifat universal, misalnya:

Banten Peras, banten ini lambang perjuangan dan doa untuk mencapai sukses dalam hidup kita. Saya yakin di dunia ini tidak ada manusia normal yang tidak ingin sukses dalam hidupnya. Lalu apa yang harus kita lakukan sebagai syarat minimal agar kita sukses dalam hidup ini. Dalam banten Peras ini digambarkan sesuai dengan Tattva agama Hindu yang tercantum di dalam kitab Veda dan sastranya. Di dalam lontar disebutkan: Peras Ngarania Prasida Tri Guna Śakti, artinya Peras namanya adalah sukses (Prasida) dengan kuatnya (Śakti) Tri Guna. Tri Guna itu adalah Sattwam, Rajas dan Tamas. Kalau ketiga guna ini berada pada struktur yang benar maka ia menjadi kekuatan yang luar biasa untuk membawa orang pada sukses dalam hidupnya. Struktur yang ideal dari Tri Guna  ini apabila struktur tersebut didominasi oleh Guṇa Sattwam. Guṇa Sattwam menguasai Guṇa Rajah dan Tamah. Dalam banten Peras Guṇa Sattwam disimbolkan dengan benang, Guṇa Rajas dilambangkan oleh uang dan Guṇa Tamas dilambangkan oleh beras. Ketiga unsur itu ada pada banten Peras.


Penyeneng, adalah suatu jenis banten yang berbentuk Sampian dengan tiga kojongnya. Banten penyeneng ini melambangkan konsep hidup yang seimbang, dinamis dan produktif. Konsep hidup yang ideal adalah harus berupaya untuk menciptakan sesuatu yang patut diciptakan, memelihara sesuatu yang patut dipelihara dan meniadakan sesuatu yang patut ditiadakan. Ada beberapa jenis penyeneng dengan berbagai variasinya sesuai dengan kreativitas seseorang, namun dalam penyeneng itu ada hal yang versifat esensial dan substantif. Yang esensial dan substantif ada tiga makna yang disimbolkan oleh Banten Penyenen itu adalah adanya tepung tawar yaitu suatu banten yang dibuat dari tepung beras, kunir dan daun dadap. Tepung tawar ini adalah lambang dari keseimbangan hidup. Hidup yang seimbang adalah hidup yang memperhatikan adanya hukum rwa bhineda, kecuali Sang Hyang Widhi Wasa tidak ada yang tidak kena hukum ini. Ada siang ada malam, ada senang ada sedih, ada lahir ada batin, ada sosial ada individu dan seterusnya. Hidup yang seimbang adalah hidup yang selalu mengupayakan adanya keseimbangan lahir batin, material spiritual, individual dengan sosial dan seterusnya. Daun dapdap dalam Lontar Taru Premāṇa disebut Taru Śakti. Śakti artinya kuat, kekuatan yang paling baik adalah keseimbangan itu sendiri. Undur Bīja dalam banten penyeneng itu lambang bibit sumber kreativitas. Dalam Penyeneng juga digunakan Nasi Segau yang artinya sebagai suatu kekuatan yang harus ditumbuhkan dandimohonkan kepada Sang Hyang Widhi Wasa agar kita dapat menghilangkan sesuatu yang patut dan wajib dihilangkan. Meskipun wujud Banten Penyeneng itu sangat lokal Bali namun makna yang dimuat sangat universal. Memang hidup yang ideal adalah hidup yang penuh dengan kreativitas untuk mencipta, memelihara dan meniadakan yang patut ditiadakan. Pengertian ini dapat kita tarik dari Pūjā Pengantar Banten Penyeneng yang berbunyi Oṁ Kaki Penyeneng Nini Panyeneng Kajenengan Dening Brahmā Viṣṇu Īśvara yang artinya Kaki dan Nini Penyeneng itu tiada lain Hyang Widhi sebagai puruṣa dan Pradhāna sumber terjadinya kehidupan. Penyeneng artinya pemberi kehidupan, kata Nyeneng dalam bahasa Bali artinya Hidup.

Banten Tulung adalah suatu banten dengan tiga kojong juga berisi nasi dengan lauk pauk dan rerasmen. Umat umumnya terutama kaum wanita sangat terampil membuatnya namun yang penting disini adalah makna dari banten tulung tersebut. Dalam bahasa Bali kata “tulung” berarti tolong menolong. Manusia disamping sebagai makhluk individu jga berdimensi sebagai makhluk sosial. Salah satu ciri manusia sebagai makhluk sosial adalah memiliki kemampuan berkerja sama dengan sesamanya untuk mencapai tujuan bersama. Dengan saling tolong menolong itulah mereka akan hidup lebih sejahtera.

Banten sesayut, berasal dari kata Āyu. Kata Āyu ini berasal dari bahasa Sansekerta artinya hidup yang baik. Kata Āyu ini sudah mewarga ke bahasa Jawa Kuna dan Bahasa Bali. Dalam bahasa Bali kata Āyu inilah yang menjadi kata rahayu yang artinya selamat. Sesayut mendapat awalan Dwipūrwa menjadi sesayut artinya keselamatan atau kesejahteraan. Jenis banten sesayut ini ratusan jumlahnya dan bermacam-macam namanya. Ada sesayut Pūrṇa Suka, Tulus Dadi, Tulus Āyu, Sida Pūrna, Pamiak Kala Lara Melaradan dan lain-lain. Namun ada hal yang sama di sini yaitu dasar sesayut yang disebut tatakan sesayut yang wujudnya bulat dibuat dari daun kelapa yang sudah hijau. Bentuk bulat itu dibuat dengan daun kelapa itu dibuat “maiseh” tahap demi tahap sampai membentuk bulatan. Bentuk sesayut yang inilah melambangkan bahwa perjuangan untuk mencapai hidup yang sejahtera yang disebut Āyu ini tidak bisa dilakukan dengan ambisi tergesa-gesa. Perjuangan hidup itu harus dilakukan dengan bertahap seperti kulit sesauttersebut yang bentuknya bulat bertahap. Keselamatan hidup di dunia ini harus dicapai melalui perjuangan hidup yang bertahap.

Demikianlah arti dan makna dari beberapa jenis Banten yang membentuk banten Tataban Alit. Semua bentuk Banten ini memang sangat lokal tradisional. Namun nilai-nilai yang dikemas oleh bentuk lokal tradisional itu adalah nilai-nilai hidup universal global.

Sumber :
Dikutip dari buku makna upacara yajna dalam agama Hindu oleh I Ketut Wiana

2 komentar:

  1. Ngiring simpang ring Warung Bu Siki, Jl.Nangka Selatan No.104 Denpasar, menjual segala jenis perlengkapan upacara Umat Hindu. Pelayanan Ramah & Murah...

    BalasHapus
  2. Best bets for soccer today - Sports Toto
    Today, we're going to tell you a few 토토사이트 key to checking into soccer betting goyangfc.com apps. https://febcasino.com/review/merit-casino/ of the herzamanindir.com/ most popular soccer betting options and gri-go.com which ones will

    BalasHapus