Makna Hari
Raya Galungan dan Kuningan
Hari Raya
Galungan dan Kuningan sudah semakin dekat. Galungan yang jatuhnya setiap Budha
Kliwon wuku Dunggulan. Dan hari Raya Kuningan, yang jatuh pada Saniscara Kliwon
wuku Kuningan 10 hari setelah hari raya Galungan.
Bagaimana
makna hari raya Galungan dan Kuningan?
MAKNA Hari
Raya Galungan
Hari Raya
Galungan dimaknai kemenangan Dharma (Kebaikan) melawan Adharma (Keburukan),
dimana pada hari Budha Kliwon wuku Dunggulan kita merayakan dan menghaturkan
puja dan puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan YME).
Mengenai makna
Galungan dalam lontar Sunarigama dijelaskan sebagai berikut:
"Budha Kliwon
Dungulan Ngaran Galungan patitis ikang janyana samadhi, galang apadang
maryakena sarwa byapaning idep".
Artinya:
Rabu Kliwon
Dungulan namanya Galungan, arahkan bersatunya rohani supaya mendapatkan
pandangan yang terang untuk melenyapkan segala kekacauan pikiran.
Jadi, inti
Galungan adalah menyatukan kekuatan rohani agar mendapat pikiran dan pendirian
yang terang. Bersatunya rohani dan pikiran yang terang inilah wujud dharma
dalam diri. Sedangkan segala kekacauan pikiran itu (byaparaning idep) adalah
wujud adharma. Dari konsepsi lontar Sunarigama inilah didapatkan kesimpulan
bahwa hakikat Galungan adalah merayakan menangnya Dharma melawan Adharma.
Parisadha
Hindu Dharma menyimpulkan, bahwa upacara Galungan mempunyai arti Pawedalan
Jagat atau Oton Gumi. Tidak berarti bahwa Gumi/ Jagad ini lahir pada hari Budha
Keliwon Dungulan. Melainkan hari itulah yang ditetapkan agar umat Hindu di Bali
menghaturkan maha suksemaning idepnya ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas
terciptanya dunia serta segala isinya. Pada hari itulah umat bersyukur atas
karunia Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang telah berkenan menciptakan
segala-galanya di dunia ini.
Sedangkan
bagaimana makna hari raya Kuningan…?
MAKNA Hari Raya Kuningan
Hari Raya Kuningan atau sering disebut Tumpek Kuningan jatuh pada hari Sabtu, Kliwon, wuku Kuningan. Pada hari ini umat melakukan pemujaan kepada para Dewa, Pitara untuk memohon keselamatan, kedirgayusan, perlindungan dan tuntunan lahir-bathin. Pada hari ini diyakini para Dewa, Bhatara, diiringi oleh para Pitara turun ke bumi hanya sampai tengah hari saja, sehingga pelaksanaan upacara dan persembahyangan Hari Kuningan hanya sampai tengah hari saja.
Sesajen untuk Hari Kuningan yang dihaturkan di palinggih utama yaitu tebog, canang meraka, pasucian, canang burat wangi. Di palinggih yang lebih kecil yaitu nasi selangi, canang meraka, pasucian, dan canang burat wangi. Di kamar suci (tempat membuat sesajen/paruman) menghaturkan pengambeyan, dapetan berisi nasi kuning, lauk pauk dan daging bebek. Di palinggih semua bangunan (pelangkiran) diisi gantung-gantungan, tamiang, dan kolem. Untuk setiap rumah tangga membuat dapetan, berisi sesayut prayascita luwih nasi kuning dengan lauk daging bebek (atau ayam). Tebog berisi nasi kuning, lauk-pauk ikan laut, telur dadar, dan wayang-wayangan dari bahan pepaya (atau timun). Tebog tersebut memaki dasar taledan yang berisi ketupat nasi 2 buah, sampiannya disebut kepet-kepetan. Jika tidak bisa membuat tebog, bisa diganti dengan piring.
Sesayut Prayascita Luwih : dasarnya kulit sesayut, berisi tulung agung (alasnya berupa tamas) atasnya seperti cili. Bagian tengahnya diisi nasi, lauk-pauk, di atasnya diisi tumpeng yang ditancapkan bunga teratai putih, kelilingi dengan nasi kecil-kecil sebanyak 11 buah, tulung kecil 11 buah, peras kecil, pesucian, panyeneng, ketupat kukur 11 buah, ketupat gelatik, 11 tulung kecil, kewangen 11 pasucian, panyeneng, buah kelapa gading yang muda (bungkak), lis bebuu, sampian nagasari, canang burat wangi berisi aneka kue dan buah. Sesajen ini dapat juga dipakai untuk sesajen Odalan, Dewa Yadnya, Resi Yadnya dan Manusa Yadnya.
Beberapa perlengkapan Hari Kuningan yang khas yaitu: Endongan sebagai simbol persembahan kepada Hyang Widhi Wasa. Tamyang sebagai simbol penolak malabahaya. Kolem sebagai simbol tempat peristirahatan Hyang Widhi, para Dewa dan leluhur kita.
Pada hari
Rabu, Kliwon, wuku Pahang, disebut dengan hari Pegat Wakan yang merupakan hari
terakhir dari semua rangkaian Hari Raya Galungan-Kuningan. Sesajen yang
dihaturkan pada hari ini yaitu sesayut Dirgayusa, panyeneng, tatebus kehadapan
Tuhan Yang Maha Esa.
Dengan demikian berakhirlah semua rangkaian hari raya Galungan-Kuningan selama 42 hari, terhitung sejak hari Sugimanek Jawa.
Dengan demikian berakhirlah semua rangkaian hari raya Galungan-Kuningan selama 42 hari, terhitung sejak hari Sugimanek Jawa.
Jadi inti dari makna Hari Raya Kuningan adalah memohon keselamatan, kedirgayusan, perlindungan dan tuntunan lahir-bathin kepada para Dewa, Bhatara, dan para Pitara.
Demikian makna Perayaan Hari Raya Galungan & Kuningan, semoga bermanfaat bagi semeton sareng sami. Jika semeton membutuhkan perlengkapan upacara untuk Hari Raya Galungan Ngiring Simpang ke Warung Bu Siki. Matur Suksma
Salam